Sumber: https://bit.ly/3G4mRVD
SMEKTI KOMPAK : Berbicara tentang pendidikan memang tidak ada habisnya. Pendidikan dengan berbagai dinamika yang terjadi di dalamnya. Tidak mengenal istilah tebang pilih. Baik di kota-kota besar maupun di pelosok negeri, pendidikan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Begitu banyak kebijakan yang sudah diterapkan terkait proses pendidikan di hampir semua negara, termasuk di negeri kita ini. Negara-negara Adidaya seperti, Amerika Serikat, Jepang, China dan Finlandia menerapkan sistem pendidikan yang berorientasi pada siswa dengan mengedepankan kualitas lulusan demi calon pekerja yang memiliki potensi istimewa.
Di negeri kita sendiri, Indonesia. Sepanjang penerapan sistem pendidikan sampai saat ini, menghadapi permasalah yang cukup kompleks. Mulai dari persoalan kesejahteraan guru, pemerolehan akses pendidikan yang merata, sarana dan prasarana yang belum memadai, kompetensi guru yang terbatas, masalah adab dan etika, sistem pendidikan yang belum mampu dijalankan secara optimal, sampai dengan permasalahan miskonsepsi kurikulum. Permasalahan-permasalahan di bidang pendidikan ini, seakan menjadi suguhan yang lumrah di negari kita.
Pendidikan tahun 90-an tentu berbeda jauh dengan pendidikan di era modern seperti sekarang ini. Tahun 90-an, terbentuknya karakter dan terjaminnya masa depan seseorang tergantung pada tinggi atau tidaknya pendidikan. Generasi yang mengenyam pendidikan pada masa tersebut, merasakan pendidikan baik di sekolah maupun di rumah dengan cara yang beraneka ragam. Pendidikan yang bersifat mengayomi, penuh kasih sayang meskipun terkesan sedikit kasar namun masih dalam batas yang wajar, serta lebih mengutamakan aspek keagamaan.
Hukuman fisik kerap diberikan guru kepada murid-muridnya. Dijemur di bawah tiang bendera, disuruh berdiri di depan kelas sambil memegang telinga sendiri, dicubit, dijewer, dipukul menggunakan penggaris kayu, membersihkan toilet sekolah, ditampar, dan berbagai hukuman lainnya. Lalu, apakah orang tua marah? Tidak! Alih-alih orang tua mau membela, justru di rumah mereka akan semakin mendapatkan hukuman yang sama bahkan jauh lebih berat dari yang diberikan oleh guru.
Perlakuan-perlakuan seperti itu, baik dari guru maupun orang tua, justru membuat murid belajar dan berusaha untuk terus memperbaiki diri. Mental semakin kuat, usaha untuk terus belajar semakin meningkat, tidak mudah menyerah, patuh kepada guru maupun orang tua, dan masih banyak lagi.