Mengimani Profesi Seorang Guru

Sumber foto : https://news.detik.com/kolom/d-5827331/siapa-masih-mau-jadi-guru


Perjalanan seorang guru sejak negeri ini berdiri hingga saat ini merupakan perjalanan yang Panjang. Berbagai kehidupan dialami, pergantian pimpinan dari presiden hingga kepala sekolah mewarnai kehidupan seorang guru. Disetiap pergantian musimpun berubah warna, ada yang merasa senang dan ada yang merasa terabaikan dan semua itu dialami oleh seorang guru dimanapun bertugas , entah itu dikota besar, kota kecil, desa ataupun di daerah terpencil.

Terlepas dari semua itu seorang guru tetaplah guru yang memiliki kewajiban memberikan pencerahan kepada generasi penerus bangsa, generasi calon-calon pemimpin masa depan bangsa ini.  Apapun kondisinya saat ini, seorang guru hendaknya menerima dan melaksanakan. Apapun kebijakan yang dikeluarkan semua itu untuk perubahan kearah yang lebih baik.

Dalam sebuah buku kuno (tidak ingat judul bukunya) diceritankan :

Sebuah sekolah mencari guru untuk siswa yang dalam satu kelasnya yang jenius semua, beberapa guru pernah mengajar tidak ada yang betah, ada yang satu minggu, dua minggu yang pada akhirnya mengundurkan diri. Ada yang baru interview tidak siap, dari sekian pelamar ada seorang guru yang mengatakan SIAP yang pada akhirnya mengajar di kelas tersebut. Satu pinsip yang dipakai guru tersebut bahwa dia akan mengajar anak-anak jenius, berarti harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Setiap tingkah laku siswa yang (mungkin) nyeleneh atau yang lainnya, yang ada di pikiran guru tersebut : "ini anak jenius maunya apa?"  Dalam satu tahun perjalanan mengajar siswa-siswa tersebut memiliki berbagai prestasi, juara olimpiade matematika, fisika, kimia dan ekstrakurikulerpun memiliki prestasi serta nilai disemua Pelajaran siswa tersebut A semua. Diakhir tahun guru tersebut dipanggil kepala sekolah. Dihadapan guru tersebut kepala sekolah mengatakan : Anda HEBAT ! berulang kali. Guru tersebut bingung dan heran kemudian berkata, hal yang dicapai anak-anak wajar karena dia anak-anak jenius. Kembali kepala sekolah berkata, Anda HEBAT. Mereka semua anak-anak nakal, anak-anak berandal dan tidak ada guru yang betah mengajar di kelas tersebut dan Anda adalah satu-satunya guru yang mampu dan mereka semua menjadi berprestasi. Guru tersebut kaget bukan main.

Nah , apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut? Pemikiran guru yang menyatakan "Saya akan mengajar anak-anak jenius". Dengan memiliki persepsi bahwa siswa yang akan diajar adalah anak-anak jenius maka siapapun gurunya maka dia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin dan apapun yang dilakukan oleh siswa yang muncul dipikiran guru ini anak jenius. 

Artinya apapun pesepsi kita maka kata-kata kita dan tindakkan kita akan diarahkan sesuai dengan persepsi tersebut , sadar ataupun tidak. Inilah yang disebut "hukum alam tabur tuai". Apa yang dominan dipikiran kita itulah yang akan terjadi, pada cerita di atas guru tersebut memiliki pikiran yang dominan adalah siswanya jenius semua maka yang terjadi semua siswa akan berprestasi. Seperti yang dikatakan    Robert T Kiyosaki dalam bukunya "Kita Adalah Pikiran Kita". Artinya, jika kita menginginkan anak-anak kita , siswa-siswa kita, sekolah kita berprestasi, sukses maka yang utama hendaknya memiliki persepsi yang baik yang mensupport untuk berprestasi. Inilah persepsi yang hendaknya ditanamkan pada diri seorang guru, dan guru bukan hanya menjadi guru di sekolah tapi juga menjadi guru di keluarga dan di Masyarakat. "Selamat Hari Guru" , Sukses dan Bahagia untu para GURU. Semoga bermanfaat. (yas)