Praktek Baik : Mengelola
kelas dengan latar belakang siswa yang beragam dengan berbagai karakter siswa
merupakan tantangan tersendiri bagi guru. Selain memastikan
pembelajaran berjalan dengan baik, guru sering kali dihadapkan pada berbagai
masalah siswa, seperti kesulitan belajar, perilaku yang tidak terkendali,
hingga stres yang menghambat perkembangan akademik. Dalam situasi ini, kemampuan guru untuk mengelola emosi
dan pikiran siswa serta dirinya sendiri menjadi sangat penting.
Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah teknik melepaskan emosi dan pikiran—sebuah
metode yang fokus pada penerimaan dan pengelolaan emosi tanpa penolakan atau
penekanan. Teknik ini tidak hanya membantu siswa menghadapi tantangan akademik
dan sosial, tetapi juga mampu menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif,
sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik siswa secara signifikan.
Mengapa Melepaskan Emosi dan Pikiran Penting dalam Pendidikan?
Siswa tidak hanya
datang ke kelas membawa materi pelajaran, tetapi juga berbagai pengalaman,
perasaan, dan pikiran yang memengaruhi bagaimana mereka belajar. Stres akibat
tugas sekolah, masalah keluarga, atau tekanan teman sebaya dapat menghambat
kemampuan mereka untuk fokus, berpikir jernih, dan memproses informasi dengan
baik. Ketika emosi negatif seperti kecemasan atau rasa frustasi tidak dikelola
dengan baik, dampaknya bisa sangat merugikan bagi proses pembelajaran.
Begitu pula bagi
guru, tekanan untuk mencapai target akademik, mengelola kelas dengan baik, dan
menghadapi berbagai masalah siswa bisa memicu stres. Guru yang tidak mampu
melepaskan stresnya cenderung membawa ketegangan ini ke dalam kelas, yang pada
akhirnya mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan siswa.
Teknik melepaskan
emosi dan pikiran membantu guru dan siswa untuk menenangkan diri, sehingga
dapat fokus pada solusi dan pencapaian akademik tanpa terbebani oleh tekanan
atau perasaan negatif.
Teknik Melepaskan Emosi dan Pikiran di Kelas
Berikut adalah
beberapa langkah dan praktik yang bisa diterapkan guru untuk membantu siswa dan
diri sendiri melepaskan emosi dan pikiran yang menghambat pembelajaran:
1. Mengidentifikasi dan Menerima Emosi
Langkah pertama
untuk melepaskan emosi adalah mengenali dan menerima perasaan yang muncul. Di
kelas, guru dapat mengajak siswa untuk secara terbuka berbicara tentang
perasaan mereka, entah itu stres karena ujian, kesulitan memahami pelajaran,
atau masalah pribadi yang mempengaruhi konsentrasi. Dengan menciptakan ruang
yang aman untuk berbicara, siswa belajar bahwa tidak apa-apa untuk merasa cemas
atau frustasi. Guru juga dapat mencontohkan bagaimana menerima perasaan
tersebut tanpa langsung bereaksi negatif atau menekannya.
2. Latihan Pernafasan dan Mindfulness
Mindfulness, atau
perhatian penuh, adalah teknik yang sangat efektif untuk membantu siswa
melepaskan stres dan fokus pada saat ini. Guru bisa memulai sesi pelajaran
dengan latihan pernafasan sederhana—mengajak siswa untuk duduk dengan tenang,
menarik napas dalam, dan melepaskannya perlahan. Latihan ini membantu
menenangkan pikiran dan memberikan jeda sejenak dari kekacauan pikiran atau
emosi yang mengganggu.
Teknik
mindfulness lainnya, seperti latihan kesadaran tubuh (body scan) atau
visualisasi positif, juga bisa membantu siswa lebih fokus dan rileks selama
belajar.
3. Memberi Ruang untuk Berpikir dan Memproses
Ketika siswa mengalami kesulitan dalam memahami
pelajaran atau menghadapi tugas yang berat, sering kali mereka merasa tertekan
untuk segera mendapatkan jawaban atau solusi. Guru bisa mengajarkan siswa untuk
melepaskan keinginan langsung untuk mendapatkan hasil dan fokus pada
proses berpikir itu sendiri. Misalnya, dengan memberi ruang untuk refleksi atau
jeda waktu selama ujian, siswa dapat berpikir lebih jernih tanpa perasaan
terburu-buru atau tertekan.
4. Menggunakan Teknik Jurnal untuk Melepaskan Pikiran
Salah satu cara efektif untuk melepaskan pikiran
yang mengganggu adalah dengan menuliskannya. Guru dapat mendorong siswa untuk
rutin menulis jurnal, di mana mereka dapat menuangkan pikiran dan perasaan
mereka terkait pelajaran, tantangan, atau pengalaman pribadi. Dengan menuliskan
apa yang ada di pikiran, siswa bisa melepaskan ketegangan mental yang
menghambat proses belajar, sekaligus memberikan kesempatan untuk menganalisis
dan memahami masalah mereka lebih baik.
5. Menciptakan Lingkungan Kelas yang Mendukung
Melepaskan emosi dan pikiran menjadi lebih mudah
ketika siswa merasa didukung dan aman di dalam kelas. Guru bisa menciptakan
suasana positif dengan memperkuat komunikasi terbuka, mendorong kerja sama
daripada kompetisi, dan memberikan dukungan personal pada siswa yang
membutuhkan. Dengan demikian, siswa merasa bebas untuk berekspresi dan lebih
fokus pada perkembangan akademik mereka.
6. Mengajarkan Siswa untuk Menerima Kegagalan
Salah satu penyebab utama stres di kalangan siswa
adalah ketakutan akan kegagalan. Mengajarkan siswa bahwa kegagalan adalah
bagian dari proses belajar yang normal dapat membantu mereka melepaskan rasa
takut tersebut. Guru bisa mencontohkan bagaimana menghadapi kegagalan dengan
sikap yang positif, belajar dari kesalahan, dan tidak membiarkan kegagalan
menjadi beban mental yang terus-menerus dipikirkan.
Dampak Signifikan Terhadap Prestasi Akademik
Ketika siswa belajar untuk melepaskan emosi dan
pikiran yang mengganggu, mereka akan menjadi lebih siap untuk menerima
pelajaran, memproses informasi dengan lebih baik, dan berpikir lebih kreatif
dalam mencari solusi. Mereka juga akan merasa lebih percaya diri dalam
menghadapi tantangan akademik dan mampu mengelola stres mereka dengan lebih
baik. Secara keseluruhan, suasana kelas yang tenang dan mendukung membantu
siswa meningkatkan fokus, memperkuat daya ingat, dan memaksimalkan potensi
mereka.
Bagi guru, kemampuan untuk melepaskan emosi
negatif juga berarti mereka dapat mendekati masalah siswa dengan sikap yang
lebih sabar dan penuh empati. Hal ini akan meningkatkan hubungan antara guru
dan siswa, yang pada akhirnya berdampak positif pada iklim belajar dan prestasi
akademik di kelas.
Kesimpulan
Teknik melepaskan emosi dan pikiran bukan hanya
sekadar alat untuk mengurangi stres, tetapi merupakan strategi penting dalam
menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan produktif. Dengan memberikan
perhatian pada aspek emosional dan mental siswa, guru dapat membantu mereka
melepaskan beban yang menghambat proses belajar, sehingga mereka dapat lebih
fokus pada peningkatan prestasi akademik. Praktik sederhana seperti
mindfulness, refleksi diri, dan menciptakan lingkungan kelas yang mendukung
memiliki dampak besar dalam memfasilitasi kesuksesan siswa di dalam maupun di
luar kelas.
Artikel ini juga terbit di PMM : https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/pdf/729067
Berikan Komentar